Bencana
gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah tidak hanya meninggalkan jejak
duka mendalam, tetapi sekaligus seharusnya mengingatkan kita kembali
betapa materi atau kurikulum pendidikan harus direvolusi, berubah
orientasi dari pengetahuan yang sebagian tidak jelas tujuannya menjadi
pengajaran ilmu aplikatif, dan jelas manfaatnya dalam kehidupan.
Ungkapan saya mungkin terdengar lancang, tapi bukan tanpa alasan.
Indonesia membutuhkan perubahan sesegera mungkin dan tidak boleh ditunda
terkait pendidikan.
Sebelum
membahas lebih lanjut, izinkan saya kembali pada memori tsunami di
Aceh. Saat itu, menurut cerita suami yang bertugas di sana, seorang
jurnalis dari stasiun televisi NHK Jepang yang ditemui menyimpulkan
betapa sebagian besar masyarakat Aceh sama sekali tidak tahu apa pun
tentang tsunami. Sebagian lagi bahkan baru pertama kali dalam hidup
mendengar istilah tsunami.
Ironis
sebab mereka harus menjadi korban dahulu sebelum memahami fenomena alam
yang dahsyat tersebut. Suami sendiri menemukan tulisan berbeda-beda di
banyak tenda. Ada yang menulis korban sunami, korban tsunami, dan banyak
salah eja lain.