Senin, 09 September 2019

Minyak Kelapa Murni, Alternatif Alami untuk Kesehatan


Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa segar. Diambil minyaknya atau kernel-nya, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, dan tanpa tambahan bahan kimia.

Minyak kelapa terdiri dari bahan-bahan yang dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Mengandung lemak jenuh medium chain triglycerides (MCT) yang tinggi, dan juga mengandung asam laurat. Jenis lemak ini akan langsung digunakan oleh hati untuk menghasilkan energi.

Kelompok Perempuan Pengusaha Mikro Penyintas Bencana di PASIGALA


Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) bekerjasama dengan lembaga TRUE dan LPBI-NU dan mendapatkan dukungan pendanaan dari ChildFund Alliance dan AKH Germany menginisiasi Pembentukan Kelompok Perempuan Pengusaha Mikro Penyintas Bencana di 9 desa, 8 kecamatan, di wilayah Pasigala (Palu, Sigi, Donggala) melalui program Sulawesi Early Recovery Phase (SERP).

Program yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2019 ini bertujuan untuk mengembalikan mata pencaharian 556 perempuan korban bencana, yang tergabung dalam 20 kelompok perempuan pengusaha mikro. Selain penguatan terhadap usaha yang dilakukan oleh masing-masing perempuan pelaku usaha mikro, program ini juga memperkuat kelompok perempuan pengusaha mikro tersebut, agar ke depannya bisa menjadi Koperasi Wanita (KopWan).

Pentingnya Rencana Usaha sebagai Pedoman Bagi Perempuan Pengusaha Mikro Penyintas Bencana


Pada 13-14 Mei 2019, tim Pasigala Bangkit menyelenggarakan penyusunan rencana usaha di empat kelompok perempuan usaha mikro (Kelompok Sintuvu Maroso, Kelompok Melati, Kelompok Sigi Bangkit, dan Kelompok Petobo Bangkit) yang telah terbentuk pada April 2019 lalu.

Rencana usaha (business plan) tersebut merupakan bahan untuk menganalisa kelayakan usaha dan menelusuri rantai nilai (value chain) usaha yang akan dilakukan oleh masing-masing perempuan pelaku usaha. Sehingga peluang dan tantangan yang muncul dalam setiap tahapan usaha bisa diketahui, serta kebutuhan untuk memulai dan mengembangkan usaha dapat dirumuskan.

PASIGALA Bangkit!

Project of Sulawesi Early Recovery Phase 
(ChildFund International-AKH Germany-YSKK-TRUE-LPBI NU)



Pada hari Jumat 28 September, 2018 pukul 17.02 WIB (10: 02UTC) gempa berkekuatan 7,4 RS dan pusat gempa 10 km melanda timur laut Donggala, Sulawesi Tengah di pulau Sulawesi. Ini diikuti oleh tsunami yang melanda pantai barat Sulawesi, pantai Talise di Kota Palu dan pantai di Donggala. Tsunami dan gempa bumi menyebabkan korban signifikan dengan 2.045 melaporkan kematian dan lebih dari 10.679 terluka. Ada 82.775 pengungsi di lebih dari 147 pusat evakuasi.

Laporan terbaru dari Gubernur yang dirilis oleh Pusat Data dan Informasi Provinsi Sulawesi Tengah (30 Januari 2019) mengkonfirmasi bahwa daerah-daerah yang terkena dampak gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan likuifaksi mengalami kerusakan besar pada bangunan dan infrastruktur. Diperkirakan kerusakan rumah mencapai 42.864 unit di Kota Palu, 30.538 unit di Kabupaten Sigi, dan 21.453 unit di Kabupaten Donggala, dengan total pengungsi mencapai 170.271 jiwa di 3 kab/kota tersebut. (Pusdatina 2019)

Gempa, Tsunami, Likuifaksi, dan Revolusi Kurikulum


Bencana gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah tidak hanya meninggalkan jejak duka mendalam, tetapi sekaligus seharusnya mengingatkan kita kembali betapa materi atau kurikulum pendidikan harus direvolusi, berubah orientasi dari pengetahuan yang sebagian tidak jelas tujuannya menjadi pengajaran ilmu aplikatif, dan jelas manfaatnya dalam kehidupan. Ungkapan saya mungkin terdengar lancang, tapi bukan tanpa alasan. Indonesia membutuhkan perubahan sesegera mungkin dan tidak boleh ditunda terkait pendidikan.

Sebelum membahas lebih lanjut, izinkan saya kembali pada memori tsunami di Aceh. Saat itu, menurut cerita suami yang bertugas di sana, seorang jurnalis dari stasiun televisi NHK Jepang yang ditemui menyimpulkan betapa sebagian besar masyarakat Aceh sama sekali tidak tahu apa pun tentang tsunami. Sebagian lagi bahkan baru pertama kali dalam hidup mendengar istilah tsunami.

Ironis sebab mereka harus menjadi korban dahulu sebelum memahami fenomena alam yang dahsyat tersebut. Suami sendiri menemukan tulisan berbeda-beda di banyak tenda. Ada yang menulis korban sunami, korban tsunami, dan banyak salah eja lain.