Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) bekerjasama dengan lembaga TRUE dan LPBI-NU dan mendapatkan dukungan pendanaan dari ChildFund Alliance dan AKH Germany menginisiasi Pembentukan Kelompok Perempuan Pengusaha Mikro Penyintas Bencana di 9 desa, 8 kecamatan, di wilayah Pasigala (Palu, Sigi, Donggala) melalui program Sulawesi Early Recovery Phase (SERP).
Program yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2019 ini bertujuan untuk mengembalikan mata pencaharian 556 perempuan korban bencana, yang tergabung dalam 20 kelompok perempuan pengusaha mikro. Selain penguatan terhadap usaha yang dilakukan oleh masing-masing perempuan pelaku usaha mikro, program ini juga memperkuat kelompok perempuan pengusaha mikro tersebut, agar ke depannya bisa menjadi Koperasi Wanita (KopWan).
Menurut Pegiat YSKK, Iwan Setiyoko, kelompok menjadi sebuah strategi pendampingan yang efektif untuk keberlanjutan sebuah program pemberdayaan ke depannya.
"Melalui kelompok, distribusi pengetahuan (transfer knowledge) dan
sumber daya lainnya, baik dari pendamping maupun antar anggota
(perempuan pelaku usaha mikro) dapat terjadi. Sehingga keberlanjutan
program ke depannya bisa diharapkan," ujarnya.
Namun,
agar program yang dilaksanakan bisa berjalan efektif, maka dukungan
dari pemerintah mulai level desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga
nasional, serta semua pihak terkait (NGO/LSM, Swasta,
Akademisi/Universitas, dlsb) harus ditingkatkan. Di mana masing-masing
pihak, harus mampu melakukan peran dan tanggung jawab sesuai dengan
sumber daya yang dimiliki.
Palm Sugar (Gula Aren) dan Coconut Oil (Minyak Kelapa) salah satu produk unggulan
di Kelompok Perempuan Pengusaha Mikro Penyintas Bencana "SINTUVU" dan "MAWAR TOVEA"
Desa Lende Tovea, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dampingan YSKK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar