Awal Agustus 2016 lalu, di
Jakarta dihelat konferensi internasional Forum Ekonomi Islam Dunia
(WIEF) ke-12 bertema “Desentralisasi Pertumbuhan, Memberdayakan Bisnis
Masa Depan?” Tidak kurang, dari Presiden Joko Widodo dan belasan kepala
negara hadir dalam pembukaannya.
Ketika ribuan tokoh
berbagai penjuru dunia berkumpul, kita pun bertanya: adakah hasilnya
berpengaruh pada dunia yang makin didera kesenjangan ekonomi yang
melebar? Tun Musa Hitam, ketua penyelenggara, menyampaikan dalam pidato
penutup, WIEF tidak bermaksud mengumpulkan tokoh-tokoh “elite” untuk
berbicara isu ekonomi sebagai isu yang “elite.”
WIEF menyadari sebagian
besar Muslim ataupun yang bukan, di seluruh dunia, adalah mereka yang
ada di bottom of the pyramid, yaitu pengusaha dan skala usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM). Karenanya, diskusi WIEF haruslah kaya masukan
“dari bawah” yang membahas pengembangan UMKM.
Di Indonesia, jumlah usaha
mikro mencapai 98,8 persen dari seluruh unit usaha dan usaha kecil satu
persen. Bila digabung, usaha mikro dan kecil 99,8 persen dari seluruh
entitas usaha di Indonesia. Adapun usaha berskala menengah hanya 0,1
persen dan usaha besar 0,01 persen.